Umpatan Penuh Makna Jose Mourinho Kepada Mesut Ozil
- Angel Valen
- Mar 2, 2017
- 3 min read

Ozil mengingat kembali barisan umpatan kejam yang diberikan oleh Mourinho selama di Madrid dan menganggapnya sebagai pelajaran berharga.
Bild mengungkap bagian pertama dari biografi Mesut Ozil, "Die Magie des Spiels". Pada bagian tersebut, dituliskan bagaimana sang gelandang terlibat adu mulut panas dengan Jose Mourinho.
Ozil (kini gelandang Arsenal) pernah bekerja sama dengan Mourinho di Real Madrid. The Special One baru ditunjuk sebagai manajer baru di Bernabeu dan Ozil jadi salah satu pemain yang datang di bursa musim panas.
Walau Mourinho mengidamkan Ozil yang tampil gemilang di Piala Dunia, ternyata ia sempat murka pada sang pemain. Adapun Ozil menyadari bahwa kemurkaan Mourinho - yang terwujud dalam umpatan - merupakan pelajaran berharga untuknya.
"Jika ia mengatakan satu kata lagi, saya akan meledak. Hanya satu kata lagi. Apa yang diinginkan orang ini dari saya? Mengapa ia merendahkan saya? Itu tidak normal. Itu gila. Siapa yang tahu maksudnya. Ini benar-benar tidak adil. Saya duduk di ruang ganti Real di paruh waktu. Ini adalah klub saya dan Jose Mourinho, pelatih kami, berteriak-teriak. Hampir semuanya tentang saya. Hampir seluruh waktu istirahatkan digunakan untuk saya. Saya berusaha untuk tidak terlalu mendengarkan, untuk memblokir kritik, karena saya merasa bahwa saya mulai marah.," ungkap Ozil dalam biografinya.
"Anda pikir, dua umpan bagus sudah cukup, teriak Mourinho. Anda merasa terlalu berkelas untuk terlibat dalam duel. Anda pikir Anda sebagus itu sampai Anda bisa melakukannya dengan 50 persen kemampuan. Lalu ia berhenti. Ia menatap saya dengan mata coklat tuanya. Saya menatap balik. Seperti dua petinju sebelum ronde pertama. Ia menginginkan reaksi saya. Ia ingin melihat seberapa bencinya saya, namun sebenarnya saya menyukainya."
"Apa yang Anda inginkan dari saya? Saya berteriak kembali. Dan saya berbicara dengan Sergio Ramos, sedikit pelan. Ia membuat saya gila. Ia harus berhenti bicara. Ia selalu tidak senang. 'Saya ingin Anda bermain sebagus yang Anda bisa', teriak Mourinho. 'Saya ingin Anda menghadapi duel seperti lelaki sejati. Anda tahu bagaimana duel itu? Tidak? Saya akan menunjukkannya.' Lalu Mourinho berjinjit keliling ruangan, dengan menempelkan tangan di tbuhnya, duck-face, melompat-lompat di ruang ganti. 'Jika Anda sekeren itu, mainlah sendiri'."
"Saya berteriak, melepas seragam saya, dan melemparkan itu ke kakinya. 'Ini ambilah. Kenakan. Bermainlah.' Namun Mourinho tertawa dengan sinis dan berkata, 'Oh, Anda menyerah? Anda adalah pengecut'. Ia mendekati saya, sampai tinggal beberapa inchi: 'Apa yang Anda mau? Anda ingin bersembunyi di bawah shower yang nyaman dan hangat? Anda ingin menata rambut? Ingin sendiri? Atau Anda ingin membuktikan pada rekan setim dan fans Anda akan apa yang bisa Anda lakukan?"
"Mourinho tiba-tiba bicara perlahan. Ia tidak koleris dan berisik lagi, tetapi terkendali, yang membuat saya makin gila. Mengapa ia tidak bisa menjaga dirinya ketika saya nyaris lepas kendali? Saya benar-benar gila. Saya ingin melempar sepatu ke kepalanya. Saya ingin ia berhenti. Saya ingin dirinya meninggalkan saya sendiri. [Lalu Mourinho berkata dengan sedikit keras agar semuanya bisa mendengar] 'Anda tahu Mesut? Pergilah menangis! Menangislah! Anda seperti bayi. Mandilah. Kami tak butuh Anda.' Lalu saya perlahan bangkit, mengambil handuk saya, dan melewatinya tanpa berbicara, tanpa memandang matanya."
Kendati adu mulut tersebut berujung buruk, ternyata Ozil mampu menerima pesan yang diberikan oleh Mourinho. Sang gelandang pun mengaku kariernya berkembang setelah umpatan Mourinho itu.

"Seiring waktu berjalan, saya paham mengapa Mourinho berteriak kepada saya seperti itu di depan para pemain. Sebenarnya, ia cukup mudah untuk dipahami. Saya mengatakan pada saya dengan keras dan jelas. Mourinho tak pernah ingin saya istirahat! Agar saya keluar dari zona nyaman di lapangan. Ia ingin saya memperkuat dan menempa saya. Ia ingin mendorong saya maju, agar perkembangan sebagai pemain tidak pernah berhenti."
"Jika mengingatnya, Mourinho benar. Ketika saya datang ke Madrid, saya punya sikap ini, bahwa bermain bagus itu sudah cukup. Saya terlalu mudah puas. Mourinho menghilangkan sikap itu dari diri saya."
"Saya berterima kasih padanya untuk hal itu. Setelah beberapa hari, say amengatakan padanya bahwa itu sampai di pikiran saya. Dan bahwa saya berterima kasih karena ia menunjukkan kelemahan saya dengan gamblang. 'Saya tidak akan meninggalkan Anda sampai Anda kehabisan potensi sepenuhnya,' jawab Mourinho dengan senyuman."
"Bagaimanapun, ia membawa masalah itu lagi jelang laga berikutnya. Ketika kami menghadapi Barcelona ia berkata: Penapilan dan pilihan kata saya mungkin terlalu parah. Saya minta maaf pada Anda. Kita bicara tentang yang lain. Saya selalu menginginkan yang terbaik dari Anda. Dan kadang-kadang Anda hanya mendapatkan yang terbaik ketika hal itu disampaikan dengan gamblang," pungkasnya.
Opmerkingen